Jayapura riwayatmu kini. Jayapura masuk dalam zona konflik berbagai kelompok kepentingan. Setiap saat berbagai kelompok bisa membuat konflik untuk kepentingannya. Julukan Kota Pelajar kini jadi Kota Rusuh.

suaraperempuanpapua.com – JULUKAN Jayapura adalah Kota Pelajar. Semua jenjang pendidikan tersedia di Jayapura. Mulai dari: sekolah taman kanak-kanak, sekolah dasar, SLTP, SLTA dan perguruan tinggi negeri dan swasta tersedia di Jayapura. Semua orang Papua dari suku mana pun yang bercita-cita jadi: tentara, polisi, guru, mantri, bidan, perawat, pegawai pemerintah, camat, pendeta, pastor, semua datang sekolah di Jayapura.
Mereka datang menuntut ilmu di Jayapura untuk meraih masa depan. Kualitas sumberdaya manusia terbaik Papua hanya ada di Jayapura. Jayapura menjanjikan harapan hidup masa depan yang lebih baik. Semua orang Papua dari suku manapun yang datang hidup dan sekolah di Jayapura adalah satu tanpa embel-embel apapun tanpa menanyakan kau dari laut atau kau dari darat?
Dengan status Jayapura sebagai Kota Pelajar itulah, kondisi Jayapura di waktu lalu sangat aman. Setiap orang belajar dengan tenang, bergaul dengan siapa pun tanpa sekat-sekat suku dan agama. Semua yang datang sekolah di Jayapura berhasil meraih cita-cita dan menjadi pemimpin membangun Papua dan Indonesia. Jayapura adalah masa depan.
Namun hari ini, Jayapura dengan julukan Kota Pelajar menjadi Kota Rusuh. Banyak orang luar datang menciptakan konflik mengubah julukan Kota Pelajar menjadi Kota Rusuh untuk kepentingan mereka dengan mengembangkan istilah rasis dan diskriminasi, dan orang Papua terjebak dan membangun sentimen kesukuan lalu saling memusuhi dan saling menyerang diantara orang Papua sendiri ataupun dengan warga suku lain. Jayapura yang dihuni orang terpelajar menjadi tidak rasional dan bersikap amburadul.
Berdasarkan julukan Jayapura dan kondisi Jayapura di waktu lalu yang telah berubah total itulah yang membuat Walikota Jayapura Abisai Rollo sebagai tokoh adat Port Numbai dan pemimpin pemerintahan di Kota Jayapura mengeluarkan pernyataan yang membuat seluruh penghuni Jayapura gelisah dan tidak bisa tidur. Seakan pernyataan itu membuat dunia mau kiamat.
Dalam suatu rapat resmi pemerintahan di Kota Jayapura yang dihadiri semua unsur pemerintah, Walikota Jayapura Abisai Rollo menyampaikan sambutan yang di dalam sambutan itu menjelaskan kondisi Jayapura yang dulu aman, kini semakin tidak kondusif akibat berbagai masalah dengan menyebut kelompok masyarakat gunung sebagai penyebabnya.
Pernyataan yang diucapkan Walikota Jayapura Abisai Rollo dalam rapat pemerintah Kota Jayapura adalah “…..bahwa tidak ada demo, tidak ada palang dalam kota ini. Karena yang biasa palang dan biasa demo itu, bukan orang Port Numbai, bukan orang pantai. Ini orang-orang gunung ini. Ini harus saya sampaikan supaya kita tahu persis. Bahwa yang buat segala macam persoalan di kota ini, ini bukan orang-orang Port Numbai. Saya suruh buat dalam perjanjian, supaya kita tahu persis kalau orang-orang Port Numbai dari 10 kampung adat tidak ada yang demo di kota ini? siapa yang demo di kota ini kita kembali. Pak Kapolres, Pak Dandim, kita semua kembalikan ke kampung masing-masing. Supaya jangan merusak kota ini ya? kemudian yang saya minta lagi adalah…..” Pernyataan selanjutnya dipotong.

Itulah sepenggal pernyataan Walikota Jayapura Abisai Rollo yang dikutib dari YouTube Musa Kedeikoto. Ada pernyataan lengkap sesuai kondisi Jayapura saat ini yang disampaikan Walikota dalam rapat resmi pemerintah Kota Jayapura. Namun dipenggal mengambil pernyataan sepotong yang dianggap rasis dan diskriminatif kemudian disebarluaskan di media sosial yang menimbulkan reaksi protes dari semua kelompok masyarakat.
Pernyataan Walikota Jayapura yang tidak dipahami seutuhnya oleh berbagai pihak itu kemudian memunculkan sikap protes dari kelompok masyarakat yang disebut Walikota Jayapura dalam pernyataan resmi pada rapat pemerintahan aparatur pemerintah Kota Jayapura.
Pernyataan Walikota Jayapura Abisai Rollo itu mulai disebarkan secara luas di media massa konvensional, media sosial maupun whatsapp group, pada Selasa 17 Juni 2025.
Agama datang menyatukan orang Papua yang terkotak dalam suku masing-masing. Kini orang lain datang merusak Jayapura dengan isu rasisme dan diskriminasi. Jayapura kehilangan jati diri sebagai Kota Orang Terpelajar.
Sialan nasib negeri kita ini. Mau dibilang tanah yang diberkati Tuhan? Percuma. Mau dibilang masyarakat beradat? Percuma juga.
Agama dan adat yang telah membangun iman, kecerdasan, kearifan dan persatuan orang Papua untuk hidup aman dan damai? Kini luntur dan saling memusuhi. Isu rasis dan diskriminasi dimunculkan orang lain dan orang Papua yang berkelahi.
Merdeka atau tidak merdeka? Orang asli atau bukan orang asli? Tidak boleh dicampur dan diulek dalam isu rasisme. Karena orang Papua itu akan tetap berbeda sampe Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya untuk memisahkan perusak dunia masuk ke dalam Api Neraka dan pembangun dunia yang damai dan adil masuk Surga.
Karena itu, tanggapilah pernyataan Walikota Jayapura Abisai Rollo dengan tenang dan rasional. Dan jangan pernah perdebatkan perbedaan orang Papua yang diciptakan Allah Sang Pencipta dengan menciptakan konflik menggunakan isu rasis dan diskrimasi.(*