Yafet Yanuaring menjadi pengrajin kursi, meja dan lemari rotan di Kampung Gemebs sejak 1985 hingga kini. Namun tak ada tempat untuk menampung hasil-hasil karyanya.
suaraperempuanpapua.com – USAHA menekuni pekerjaan sebagai pengrajin kursi, meja dan lemari rotan bermulai pada potensi rotan yang tersedia di hutan Kampung Gemebs, Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura. Dari potensi rotan yang melimpah di hutan Gemebs itulah, muncul pemikiran Yafet Yanuaring untuk memulai usaha membuat kursi, meja dan lemari rotan, pada 1985.
Tiga tahun kemudian, Yafet mendapat kesempatan mengikuti pameran kerajinan tangan pada Expo 1988. Ia pun memamerkan hasil kerjanya di Expo 1988, dan mendapat perhatian banyak pihak.
Akhir dari Expo itu, Yafet Yanuaring mendapat kesempatan pelatihan di CV. Karya Mulia di Argapura, Jayapura, yang didukung oleh Yayasan Judefo. Setelah mendapat pelatihan di CV. Karya Mulia, Yafet dikirim mengikuti magang lanjutan di Surabaya pada 1989.
“Selama di Surabaya, saya belajar membuat perabot rumah tangga berupa kursi, meja dan lemari dari rotan”, ujar Yafet kepada Naomi Hembring dari suaragrina.wordpress.com, pada 11 Januari 2024 di Gemebs, Distrik Nimboran.

Selama magang, Yafet sangat memperhatikan dengan baik bagaimana cara membuat kursi, meja dan lemari dari rotan. Pengetahuan ketrampilan tangan ini menjadi modal untuk bagaimana bisa mengelola potensi rotan yang melimpah di hutan Gemebs yang menganggur. Sepulang dari Surabaya, Yafet menekuni usahanya membuat kursi, meja dan lemari rotan di Gemebs hingga kini, 2024.
Yafet menjelaskan, ada tiga jenis rotan yang biasa dia gunakan untuk membuat kursi, meja dan lemari rotan. Yaitu rotan warna hijau, rotan warna abu-abu dan rotan ukuran kecil untuk ikat. Dalam Bahasa Gemebs, tiga jenis rotan itu disebut umbu tnang, waimue dan wuncung. Perlatan yang digunakan untuk membuat kursi, meja dan lemari rotan adalah pisau, gunting kakatua, martelu, gergaji besi, paku tripleks dan kompor gas.
Dalam kesehariannya, Yafet tidak hanya membuat kursi, meja, lemari rotan yang baru. Tapi juga menerima perbaikan kursi, meja dan lemari rotan yang rusak. Harga perbaikan tergantung tingkat kerusakan. Biasanya berkisar Rp 150.000 sampai Rp 350.000 untuk satu paket kursi dan meja. “Itu bisa dikerjakan dalam sehari dan bisa langsung diambil”, ujar Yafet Yanuaring saat ditemui Naomi Hembring di rumahnya.
Yafet menambahkan, kursi, meja dan lemari rotan bisa digunakan lama, tergantung perawatannya. Kalau dibiarkan kena hujan dan panas matahari, pasti cepat rusak. Karena itu, mesti dirawat dengan baik. Perabot rumah tangga buatan Yafet dijamin kualitasnya.
Uang dari hasil kerajinan membuat kursi, meja dan lemari rotan digunakan untuk membeli peralatan kerja yang habis, dan selebihnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah.

Hasil pendapatan dari pekerjaan membuat kursi, meja dan lemari rotan tidak bisa dipastikan, tergantung permintaan konsumen. “Selama ini, saya tergantung pada permintaan dan ada juga yang saya kerjakan siap untuk melayani pembeli yang datang tiba-tiba. Itu yang saya layani”, ujar Yafet.
Yafet Yanuaring sudah 39 tahun menjadi pengrajin perabot rumah tangga berbahan rotan sejak 1985 hinga kini 2024. Namun, selama ini tidak ada wadah atau meuble khusus untuk menampung hasil-hasil kerjanya. Sehingga, ia menggunakan salah satu ruang di rumahnya untuk menampung seluruh hasil karyanya. “Usaha membuat kursi, meja dan lemari dari rotan cukup potensial. Tapi orang di kampung ini tidak berminat”, ujarnya.
Yafet berprinsip bahwa, jika kita mengerjakan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh, tekun, sabar tanpa mengeluh, maka pasti akan ada berkatnya.
Yafet Yanuaring tidak hanya dikenal sebagai pengrajin kursi, meja, lemari rotan. Tapi juga memiliki kebun buah-buahan seperti coklat, durian, rambutan dan lainnya. Namun buah-buahan itu bisa dipanen hanya saat musim. Sehingga, Yafet lebih menekuni pekerjaan membuat kursi, meja, lemari rotan setiap hari di Kampung Gemebs, Distrik Nimboran, Kabupaten Jayapura.
Laporan: Naomi Hembring. Editor: Alfonsa Wayap