SERATUS HARI MENGENANG FRANS LIESHOUT

Setelah bertugas selama 56 tahun di Papua, Pastor Frans Lieshout pulang ke Belanda pada 28 Oktober 2019 dan meninggal di Amsterdam pada, 1 Mei 2020. Umat katolik Keuskupan Jayapura bersama masyarakat Balim akan mengenang 100 hari dengan doa bersama, pada 10 Agustus 2020 mendatang.

Pastor Frans Lieshout OFM, dipanggil Tuhan pada 1 Mei dan dikebumikan 8 Mei 2020 di Amsterdam, Belanda.

suaraperempuanpapua.com – PASTOR Frans Lieshout OFM, lahir di Montfoort, Belanda, 15 Januari 1935. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia ditugaskan oleh Ordo Fransiskan untuk berkarya sebagai misionaris di Nederlands Nieuw Guinea, kini Papua. Frans tiba di Indonesia dan melanjutkan perjalanan menumpang pesawat KLM yang terbang terakhir ke Hollandia, sekarang Jayapura, pada 18 April 1963.

Sejak tahun itu, ia bertugas di wilayah pelayanan Keuskupan Jayapura hingga pensiun pada Oktober 2019. Selama masa pelayanannya, Pastor Frans pernah bertugas di: Jayapura, Waris, Wamena, Bilogay, Waena, dan Biak.

Selama bertugas, Frans Lieshout pernah memegang beberapa jabatan penting di Keuskupan Jayapura dalam periode yang berbeda.

Dalam kurun 56 tahun masa karyanya, Pastor Frans menghabiskan waktu 25 tahun, 9 bulan melayani di Lembah Balim. Setelah pensiun pada Januari 2007, dia tetap menikmati masa pensiunnya di Wamena selama 12 tahun, sembilan bulan: Januari 2007 – 17 Oktober 2019.

Pada 16 Oktober 2019, Pastor pamit secara resmi kepada masyarakat Wamena yang telah dilayaninya selama seperempat abad dan terbang ke Jayapura pada 17 Oktober. Selanjutnya pada 28 Oktober, Frans Lieshout meninggalkan Papua dan Indonesia pulang ke negeri Belanda karena memang usianya telah lanjut dan penyakit kanker yang dideritanya semakin serius. Dia pulang karena tidak ingin merepotkan siapapun yang ada di sini.

Setibanya di Amsterdam Barat, dia tinggal di sebuah biara dan menjalani perawatan medis selama enam bulan. Pada 15 Januari 2020, Frans Lieshout merayakan hari kelahirannya yang ke-85 dan tiga bulan kemudian, pada 1 Mei dipanggil pulang oleh Allah Bapa di Surga, serta dikebumikan pada 8 Mei.

Pastor Frans Lieshout OFM, datang melayani di Nederlands Nieuw Guinea pada usia 28 tahun, tiga bulan dan pulang ke negerinya dalam usia 84 tahun, 9 bulan, 28 hari: 15 Januari 1935 – 28 Oktober 2019. Selama 56 tahun usianya dihabiskan melayani di Nederlands Nieuw Guinea.

Untuk mengenang dan menghormati jasa baik karya pelayanan pastoralnya dan kasih sayangnya selama melayani masyarakat Papua itu, umat Katolik Keuskupan Jayapura telah membentuk Tim Doa 100 Hari meninggalnya Pastor Frans, yang akan dilaksanakan pada 10 Agustus 2020. Berbagai persiapan pun telah dilakukan tim.

Kornelis Siep, Sekretaris Tim Kerja 100 Hari Mengenang Frans Lieshout.

“Sebab, jujur kami sampaikan bahwa umat Katolik Papua, khusus Balim dan Moni-Migani merasa kehilangan besar seorang Tete, Bapa, Gembala, yang selama ini selalu hadir dan tinggal bersama umat dalam semua situasi di Tanah Papua. Tuhan telah memilih dan mengirim Pastor Frans Liehout OFM, supaya melalui semua karya hidupnya kami memperoleh keselamatan dalam Kristus Tuhan. Figur Pastor dan semua perannya sulit digantikan oleh orang lain”, ujar Ketua Tim 100 Doa Hari, Markus Haluk.

Tim telah menyiapkan beberapa agenda menjelang 10 Agustus 2020. Beberapa diantaranya: misa syukur, mendirikan patung Pastor Frans Lieshout di Wamena, dan mendirikan Yayasan Frans Lieshout.

Tim Doa telah dibentuk pada 2 Mei 2020 di Kapela Yesus Pilamo Angkasa, Jayapura. tugas tim, selain untuk mempersiapkan doa 100 hari, juga merekam semua saran dan usul untuk rencana bersama ke depan.

“Oleh karena itu, kami mohon dukungan dan kerja sama semua pihak untuk menyukseskan rencana ke depan. Kiranya semua rencana ini dapat terlaksana dengan lancar oleh doa Pastor Frans dan karena penyertaan Allah Tritunggal Maha Kudus”, ujar Markus Haluk.

Beberapa agenda yang akan dilaksanakan sebelum 10 Agustus adalah: 1) Doa selama delapan hari di tiap komunitas masyarakat di Papua, Jakarta dan Belanda, mulai 1 – 8 Mei. 2) Misa terbuka mengenang karya pelayanan dan mohon keselamatan arwah Pastor Frans Lieshout OFM., yang telah dilaksanakan di Jayapura, Jayawijaya, dan Yahukimo. 3) Doa tiga malam dan doa tujuh hari telah dilaksanakan di rumah masing-masing.

Doa 100 hari bertujuan: a) Memperingati karya pelayanan pastoral Frans Lieshout selama 56 tahun 6 bulan di Papua. b) Ungkapan terima kasih dan syukur atas karya pengabdian Pastor Frans Lieshout bagi manusia dan Tanah Papua. c) Memperoleh kesaksian, pandangan dan harapan oleh para pihak yang pernah bekerja bersama, mengalami pelayanan kasih. d) Mendokumentasikan karya pelayanan Pastor Frans di Tanah Papua melalui karya ilmiah.

  1. e) Mempublikasikan karya Pastor Frans Lieshout kepada publik, khususnya kepada generasi muda. f) Memberikan ruang bagi generasi muda Papua agar memperoleh informasi yang lebih luas terhadap kerja dan karya yang telah dilakukan oleh Pastor Frans Lieshout serta tugas-tugas lain yang mungkin belum dituntaskannya. g) Refleksi setiap orang adalah pengalaman perjumpaan berharga pribadi, yang diharapkan menjadi bahan berpastoral dan atau bisa dipakai di tingkat Keuskupan Jayapura.

Selain itu, kegiatan lainnya adalah: a) Seminar dan diskusi. b) Pameran buku-buku Pastor Frans Lieshout. c) Penulisan kesan-pesan, pengalaman hidup bersama Pastor Frans Lieshout. d) Penulisan buku biografi Pastor Frans Lieshout. e) Doa bersama.

Markus Haluk, Ketua Tim Kerja 100 Hari Mengenang Frans Lieshout.

Narasumber yang akan terlibat dalam penulisan buku, seminar, dan diskusi, terdiri dari: 1) Pimpinan Gereja Katolik Keuskupan Jayapura. 2)  Pimpinan Ordo OFM di Papua. 3)  Para tokoh awam, religius, biarawan-biarawati, dan 4) Mahasiswa, tokoh intektual, adat, dan perempuan.

Ketua Tim Doa 100 Hari, Markus Haluk, yang didampingi Sekretaris Tim, Kornelis Siep mengatakan waktu dan tempat kegiatan untuk seminar, pameran buku, dan penulisan buku dilakukan sebagai pra kegiatan sebelum 100 hari mengenang Frans Lieshout yang jatuh pada 10 Agustus 2020, semuanya di Jayapura.

“Organisasi kerja semua bentuk kegiatan ini diorganisir oleh Tim Kerja Misa Syukur 100 Hari Pastor Frans Lieshout OFM dan dikoordinasikan dan dipertanggungjawabkan kepada KASHOUKTA, pimpinan ordo dan Gereja Katolik Keuskupan Jayapura”, ujar Markus Haluk.

Sekretaris Tim, Kornelis Siep mengatakan rencana jangka panjang merangkumkan usul dan harapan umat, khususnya oleh sejumlah tokoh yang mengemuka belakangan ini, telah kami catat untuk jangka panjang, yaitu: a) Pembangunan patung Pastor Frans Lieshout di Wamena. b) Mendirikan Yayasan Frans Lieshout.

Markus Haluk mengatakan Pastor Frans Lieshout OFM, secara fisik telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya, akan tetapi roh, kenangan hidup bersamanya, sentuhan tangan dan hatinya, karya tangan dan harapannya untuk Tanah Papua tidak mati. Semua masih hidup bersama kita. Maka sebagai ungkapan terima kasih dan penghargaan kepada Pastor Frans Lieshout, waktu dan kesempatan yang ada ini, mari kita berbicara, berbuat sesuatu untuknya.

“Sebelum pastor pergi meninggalkan kita, pada pertengahan April 2020 menyampaikan kesaksian dan harapannya bahwa: “saya siap pergi bertemu-Nya. Semua tugas di bumi sini telah selesai. Cuma berpisah itu berat. Apalagi berpisah dengan Papua,” pesan Pastor Frans Lieshout terakhir yang dikirimya via WhatsApp dari Amsterdam Barat untuk Markus Haluk di Jayapura.

Paskalis Keagop