“SAYA JADI GURU HONOR SELAMA 12 TAHUN”

suaraperempuanpapua.com – LIBERATA Anyum, setelah menyelesaikan SMA YPPK Santo Petrus Hoeboer Mindiptana pada 2010, dia dan temannya melamar jadi guru honor di Dinas Pendidikan Kabupaten Boven Digoel dan ditugaskan di SD Negeri Tomen Winiktit, sejak 2011 hingga diangkat dengan surat keputusan menjadi guru pegawai negeri sipil pada 2023.

SD Negeri Tomen Winiktit. Hanya punya tiga ruang kelas dipakai untuk enam kelas. Foto: Paskalis Keagop/suaraperempuanpapua.com

SD Winiktit sebelumnya bernama SD YPPK Santo Thomas Winiktit, tapi diubah jadi SD Negeri Tomen Winiktit pada tiga tahun lalu di masa Kepala Sekolah Yosep Kuyap. Perubahan status sekolah dari yayasan ke negeri atas persetujuan warga Kampung Winiktit. Karena selama sekolah berstatus yayasan, tidak pernah ada perhatian dari YPPK maupun pemerintah. Sehingga masyarakat sepakat mengubah status sekolah ke negeri agar bisa mendapat perhatian dan fasilitas dari pemerintah.

Liberata Anyum bertugas sebagai guru mata pelajaran. Walau SD Negeri Tomen Winiktit memiliki enam kelas, tapi hanya punya tiga ruang belajar. Kelas 1 dan 2 digabung di satu ruangan. Kelas 3 dan 4 bergabung dalam ruangan, serta kelas 5 dan 6 digabung dalam satu ruangan. Sejak 2011 sampai 2025 SD Negeri Tomen tidak meluluskan murid kelas 6 secara rutin.

“Kelulusan kelas 6 tidak rutin. Terputus–putus. Ada tahun yang ada kelulusan dan ada tahun yang tidak ada kelulusan. Misalnya, pada 2023 dan 2025 tidak ada kelulusan kelas enam. Hanya di 2024 yang ada kelulusan sebanyak tiga orang,” uar Liberata Anyum saat ditemui di rumahnya di Winiktit, Senin 7 Juli 2025.

Jumlah kelulusan terbanyak adalah sebanyak tujuh murid. Tapi pada akhir-akhir ini jumlah kelulusan hanya sebanyak dua sampai tiga murid yang lulus. Pada 2025 ada murid kelas 6, tapi tidak ada kelulusan, karena kepala sekolah tidak pernah berada di tempat tugas untuk mengurus murid kelas 6 ikut ujian nasional. Kepala sekolah ada, tapi 2025 ini tidak ujian.

Liberata Anyum (berdiri bersama anaknya). Gurus SD Negeri Tomen Winiktit. Foto: Paskalis Keagop/suaraperempuanpapua.com

Guru SD Negeri Tomen Winiktit sebanyak tiga orang, termasuk kepala sekolah, semuanya berstatus PNS. “Kita dua guru honor K2 yang baru lulus jadi PNS 2023. Kepala sekolah keluar dari kampung setelah ujian kelas 6 SD tahun 2023 sampe Juli 2025 belum ke kampung. Kita tidak tahu alasannya apa?” ujar Liberata Anyum.

Penggunaan satu ruang untuk dua kelas itu bisa muat, karena jumlah murid tiap kelas tidak banyak. Untuk tahun ajaran 2024/2025 saja, jumlah murd kelas 3 sebanyak tiga orang, kelas 4 ada tiga orang, kelas 5 hanya satu orang, kelas 6 sebanyak tiga orang. Tapi pada 2025 ini tidak ikut ujian. Direncanakan akan ada ujian kelas 6 pada 2026 yang akan diikuti oleh empat murid kelas 6.

Liberata Anyum mengatakan jumlah bangku dan meja belajar yang tersedia di tiga ruang itu cukup untuk jumlah murid kelas. Tidak ada yang lebih atau kurang. Semua murid dapat meja dan bangku belajar.

Buku-buku pelajaran yang kita pakai sekarang adalah buku–buku kurikulum 2006. Mestinya kurikulum 2013. Tapi yang sekarang saya pakai di SD Negeri Tomen Winiktit kurikulum 2006.

“Kami dua guru bisa mengajar 6 kelas. Karena jumlah murid sedikit. Kami biasa bagi mengajar pagi satu pelajara untuk satu kelas dan mengajar siang satu pelajaran untuk kelas yang lain. Walau satu ruang dipakai dua kelas, tapi mengajarnya beda waktu. Pagi dan siang. Misalnya, hari ini mengajar kelas 3, besok mengajar kelas 4,” ujar Liberata.

Potensi anak usia sekolah di Winiktit ada. Sekira delapan sampai 10 anak, dan setiap tahun ajaran baru selalu ada murid baru yang mendaftar masuk sekolah. Selama ini Winiktit tidak memiliki Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Namun penerimaan murid baru pada tahun pelajarn 2024 dan 2025 ini yang menerima murid lulusan PAUD.

Pastor Henderikus Kariwop MSC, memberkati anak–anak usai perayaan Misa Kudus 25 Tahun Imamatnya, pada Minggu 6 Juli 2025 di Gereja Katolik Winiktit. Foto: Paskalis Keagop/suaraperempuanpapua.com

Gedung SD Negeri Tomen Winiktit memiliki lima ruang belajar. Namun dua ruang belajar sudah rusak dan miring hendak roboh. Sehingga hanya tiga ruang yang dipakai untuk ruang belajar enam kelas. “Sampai sekarang pemerintah kabupaten maupun pemerintah provinsi tidak pernah memberikan perhatian untuk membangun gedung sekolah. Pembangunan tiga ruang belajar yang sedang dipakai sekarang itu dibangun pemerintah kampung menggunakan dana desa,” jelas Liberata.

Di dalam tiga ruang belajar itu tidak tersedia meja dan kursi untuk guru. Sehingga, guru menggunakan meja dan bangku murid. Kantor guru pun tidak ada. Guru tidak duduk bersama murid. Tapi bangku murid yang kosong itu yang guru pakai duduk. Adminisitrasi sekolah dikerjakan dan disimpan di rumah kepala sekolah.

Status SD Winiktit dari yayasan sudah diubah ke negeri pada tiga tahun lalu, tapi sampai sekarang belum mendapat perhatian dari pemerintah. “Katanya sedang dalam proses, karena perubahan status dari yayasan ke negeri pengurusan administrasinya tidak gampang. Sekarang masih dalam tahap proses. Namun Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) SD Negeri Tomen Winiktit sudah ada di Dinas Pendidikan Boven Digoel. Mungkin di pusat itu yang masih diurus”, ujar Liberata.

Liberata dan teman gurunya sudah menerima gaji sebagai guru PNS dengan lancar. Terima langsung di rekening bank. Sementara dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diterima SD Negeri Tomen Winiktit sebesar 10 juta rupiah. Sejak 2008 sampai 2020, hanya tiga tahun saja yang pernah terima dana BOS, yaitu pada 2018, 2019, dan 2020, uangnya dipakai beli laptop. Tapi laptop–laptop telah dibawa pergi oleh guru-guru honor yang pernah bertugas di Winiktit, tidak pernah dikembalikan ke sekolah.

“Jumlah dana BOS yang diterima SD Winiktit sedikit karena jumlah muridnya sedikit. Dana BOS pada tiga tahun itu saya yang urus. Sedangkan dana BOS sejak 2021 sampai 2025 saya tidak tahu siapa yang terima. Apakah dinas yang terima atau kepala sekolah yang terima? Saya tidak tahu,” ujar Liberata Anyum.

Jumlah murid kelas satu sampai kelas enam SD Negeri Tomen Winiktit pada tahun Pelajaran 2025/2026 sebanyak 16 orang. Melihat kondisi sekolah dan ketersediaan fasilitas belajar yang tersedia, Liberata pernah kecewa. Karena ATK sekolah seperti buku–buku pelajaran dan kapur tulis tidak tersedia. Masih banyak kekurangan ATK sekolah.(*

Paskalis Keagop (Winiktit)