Agustina Kayokon adalah salah satu saksi sejarah masuknya agama, pemerintah dan pendidikan di Kampung Simiram hingga kini Kampung Womsim, Distrik Woropko, Kabupaten Boven Digoel.

suaraperempuanpapua.com – AGUSTINA Kayokon Komberem. Lahir di Anumyandit pada 1941. Anak perempuan dari pasangan ayah, Yaganop Komberem dan ibu, Erna Kayokon. Agustina dipermandikan oleh Pastor H. Kemper MSC pada usia 14 tahun di Gereja Katolik Anumyandit, tanggal 18 Oktober 1955. Kemudian menerima Sakramen Mahakudus (komuni pertama) pada usia 15 tahun di Gereja Katolik Anumyandit pada 1956, serta pada usia 17 tahun dia menerima Sakramen Penguatan (Sakramen Krisma) diberikan oleh Uskup Agung Merauke Mgr. Hermanus Tillemans MSC di Woropko, pada 7 Oktober 1958.
Hermanus Tillemans menjadi Uskup Agung Merauke kedua bertugas selama 22 tahun sejak 25 Juni 1950 sampai 26 Juni 1972.
Agustina Kayokon Komberem kawin dengan Karolus Dewop Barayap, anak laki-laki dari pasangan ayah, Sarop Barayap, dan ibu, Kowetkon. Karolus Dewop, lahir di Anumyadit tahun 1935 dan dipermandikan di Gereja Katolik Anumyandit, pada 18 Oktober 1955. Kemudian menerima Sakramen Mahakudus (komunikasi pertama) di Anumyandit pada 1956. Lalu menerima Sakramen Penguatan (Sakramen Krisma) di Woropko tanggal 7 Oktober 1958.
Karolus Dewop Barayap dan Agustina Kayokon Komberem menerima Sakramen Perkawinan (menikah) secara resmi sebagai pasangan suami-istri di Gereja Katolik Yumkubun, pada 8 Oktober 1959. Sakramen Perkawinan Karolus Dewop dan Agustina Kayokon diberikan oleh Pastor H. Kemper MSC.
Dari hasil perkawinan pasangan Karolus Dewop Barayap dan Agustina Kayokon Komberem dikaruniai tiga anak laki-laki. Anak pertama Bernama Paulus Temgon Barayap. Lahir di Simiram pada 5 Maret 1962, dan dipermandikan di Gereja Katolik Simiram pada 11 Maret 1962. Kemudian menerima Sakramen Mahakudus (komuni pertama) di Gereja Katolik Simiram pada 13 Mei 1971. Lalu menerima Sakramen Pengguatan (Sakramen Krisma) di Gereja Katolik Kampung Baru Merauke, pada 25 November 1984.
Paulus Temgon Barayap, setelah menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 1 Merauke dan melamar pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil dan bertugas di Dinas Pendidikan Kabupaten Merauke, kemudian dipindahkan tugas di kantor cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Mandobo–kini Kabupaten Boven Digoel.
Anak kedua bersama Leo Gityanop Barayap. Lahir di Simiram pada 1 Juli 1965 dan dipermandikan di Gereja Katolik Simiram, pada 14 Agustus 1965. Anak kedua ini dipanggil Tuhan pada usia 5 tahun di Simiram pada 5 Juli 1970.

Anak ketiga bernama Xaverius Kocap Barayap. Lahir di Simiram pada 24 Agustus 1969, dan dipermandikan di Gereja Katolik Simiram pada 23 November 1969. Pada Oktober 2024 terpilih menjadi Kepala Kampung Wombon dengan meraih 20 suara sah dalam pemilihan langsung oleh rakyat Kampung Wombon untuk periode 2025 – 2030. Namun dipanggil Tuhan di Tanah Merah pada Kamis, 13 Februari 2025 dan dimakamkan di Tanah Merah.
Entah kenapa? usia perkawinan pasangan Karolus Dewop Barayap dan Agustina Kayokon Komberem hanya bertahan selama 13 tahun, karena suaminya, Karolus Dewop dipanggil Tuhan pada 19 Juni 1972 di Kampung Simiram.
Walau Agustina Kayokon ditinggal suaminya dipanggil Tuhan pada usia muda yang masih sangat produktif, yaitu pada usia 31 tahun. Namun Agustina tidak pernah mencari laki-laki lain sebagai pengganti suaminya yang telah dipanggil Tuhan.
Agustina bersumpah pada dirinya bahwa, ia akan hidup menjanda hanya untuk menjaga kedua anak laki-lakinya yang ia cintai hingga dewasa. Atas sumpahnya itu, Agustina Kayokon hidup seorang diri bersama kedua anak laki-lakinya selama 53 tahun, sejak 1972 sampai sekarang (2025). Kini Agustina Kayokon Komberem berusia 84 tahun.

Agustina Kayokon Komberem menjadi satu-satunya orangtua, khusus dari Simiram yang menjadi saksi atas sejarah perkembangan agama, pendidikan dan pemerintahan di Simiram, hingga kini Womsim (Wombon – Simiram). Dimulai dengan perkampungan marga di dusun masing-masing, pembukaan kampung gabungan beberapa marga, pembukaan pemerintahan kampung modern di Simiram sebagai dua kampung induk gabungan dari 14 marga, hingga kini dua kampung: Wombon dan Simiram digabung menjadi satu kampung dengan nama: Kampung Womsim.
Namun dua warga kampung itu menyepakati bahwa nama kampung menggunakan nama Kampung Wombon dan nama sekolah menggunakan nama Sekolah Dasar YPPK Simiram.
Atas pembagian jatah nama itu, Agustina Kayokon Komberem menyampaikan bahwa, “nama kampung sekarang ini mestinya menggunakan nama Kampung Womsim sesuai nama pemberian pastor. Karena kampung ini digabung dari dua kampung. Tapi kenapa orang-orang tidak mau pakai nama Womsim, dan menggunakan nama Wombon?” tanya Agustina Kayokon Komberem saat dijumpai di rumahnya pada Rabu 31 Desember 2015 di Womsim(*