PENABUR KOPI MOANEMANI DIPANGGIL TUHAN

suaraperempuanpapua.com – BRUDER Johanes Petrus Sjerps OFM adalah inisiator  penanaman seribu pohon kopi di Moanemani. Bruder Jan begitu disapa, memiliki keahlian di bidang pertanian dan peternakan ayam. Memutuskan untuk bergabung dengan para saudara Dina, Ordo OFM di Belanda, 5 November 1964. Dari Negeri Belanda datang ke Indonesia pada 4 September 1969. Memulai karya pelayanannya di Irian Jaya semenjak 18 September 1969.

Putera kelahiran,Wervershoof, Belanda, 2 November 1939. Bruder Jan lahir dari keluarga petani, di dusun Zwagdijk-Oost, Distrik Wervershoof. Menjalani tugas perutusannya hingga ke pedalaman Irian Jaya.

Brubder Johanes Petrus Sjerps OFM, semasa hidupnya bersama Fransiska Tekege. Foto: istimewa.

Pertama kali datang, Bruder tinggal di Bruderan Santo Antonius Padua, Sentani, Jayapua. Bruder dipercayakan memimpin Pusat Latihan Peternakan (PLP) Sentani, 1969–1972, kini Kabupaten Jayapura. Ketika itu, PLP cukup menyuplai kecukupan telur dan daging ayam. Kini PLP tidak lagi diteruskan—tutup.

Belum lama memimpin di PLP.  Bruder Jan kemudian ditugaskan ke Agimuga—kini Kabupaten Mimika, 1973–1975).  Di Agimuga, Bruder mengajak umat setempat untuk mengolah tanah yang subur dan selanjutnya disiapakan bibit. Mulai dari sayuran, kacang-kacangan, buah, padi dan cara beternak unggas yang baik. Hasilnya cukup memuaskan. Umat bisa merasakan hasil dari tanaman dan ternak mereka.

Cara itu merupakan bagian dari pola kemandirian umat dalam menjawab kebutuhan sandang dan pangan umat di Agimuga. Untuk pemasaran hasil panenan sayuran dan ternak ayam. Bruder Jan yang membeli hasil tersebut dari  umat untuk dijual kembali.

Ada pun manfaat yang didapati umat adalah melalui uang hasil panenan itu, mereka  membeli bahan bangunan, untuk membuat rumah yang beratap seng. Sebagian uang, disisihkan untuk membayar  jasa tukang.

Tidak sampai di situ. Bruder Jan, juga mempersiapkan anak-anak muda di kampung sekitar, sekira 20-an lebih. Mereka dilatih dan dibina di bidang pertanian dan peternakan, dengan menggunakan lahan dan pertanian yang ada sebagai laboratorium pengkaderan. Tujuannya, setelah anak-anak itu selesai dari SD, mereka sudah memiliki keterampilan dasar untuk selanjutnya dapat menghidupi diri.

Memulai Pertanian Kopi Bersama Anak Asrama

MEMULAI misi  pertanian dan peternakan Moanemani. Sekaligus menangani pendidikan tingkat SMP berpola asrama. Untuk menghidupi anak-anak asrama, pertanian dikelola bersama sebagai sumber pangan. Hanya dua tahun di Epouto. Pada 1979, dengan berbagai pertimbangan,  Bruder Jan memindahkan konsep sekolah berpola asrama dari Epouto ke Moanemani, kini ibukota Kabupaten Dogiyai.

Para pelayat di depan jenaza Bruder Jan di Aula Biara Antonius Padua Sentani, 14 Februari 2021. Foto: Alfonsa Wayap/suaraperempuanpapua.com

Memang pengembangan pertanian kopi secara tradisional telah dilakukan oleh masyarakat di Kampung Timepa—sebuah kampung tetangga dari Epouto—dan sudah berlangsung semenjak hadirnya misionaris terdaulu di sana. Hanya saja, tidak dikelola dengan baik, mulai dari perawatan hingga pemasarannya.

Setelah Bruder Yan mulai bertugas di Moanemani, 1980. Misi pengembangan di bidang pertanian dan pendidikan terus dikembangkan. Dengan melihat potensi kesuburan tanah yang berpotensi untuk pengembangan pertanian kopi.

Namun, pertama, Bruder Jan prioritaskan pembangunan asrama dan sekolah. Anak-anak sekolah diajarkan mata pelajaran agraria. Kopi menjadi salah satu contoh pengembangan yang dilatih kepada anak-anak, mulai dari cara pembibitan, perawatan, hingga pemilahan kulit dan biji kopi.

Selanjutnya fokus mengurusi pertanian kopi; mulai dari penyiapan lahan, pembibitan. Bibit kopi yang disiapkan dan ditanam sebanyak 1.000 pohon kopi. Pohon kopi itu, ditanam oleh anak-anak sekolah di belakang sekolah SMP.

Pupuknya, diwajibkan dari kotoran anak-anak dan pupuk kompos lainnya. Proses itu berjalan dengan perawatan kopi yang ekstra. Hasilnya, bisa dirasakan anak–anak dan juga pencita, penikmat kopi Moanemani.

Bruder, membolehkan, bagi setiap anak yang membutuhkan kopi untuk kebutuhan sekolah. Diijinkan bisa memetik kopi dan diproses seperti yang diajarkannya. Hasilnya dijual ke pabrik kopi P5. Dulu, harga satu kilonya bisa dihargari dengan Rp 100 rupiah. Uang hasil jual kopi, bisa untuk membeli kebutuhan anak tersebut.

Moanemani menjadi basis pengembangan  pertanian kopi.  Yang dimulai dengan pembibitan 1.000 pohon kopi. Memanfaatkan lahan yang berada di belakang lokasi sekolah SMP YPPK Moanemani. Dari situlah penyebaran pembibitan dan pengembangan kopi ke beberapa wilayah di pegunungan tengah Papua.

Dengan pupuk kompos alami berupa kotoran manusia dan pupuk kompos lainnya. Perawatan kopi dilakukan dengan baik. Bruder Jan mengajar dan melatih anak-anak didiknya setiap kali mata pelajaran Agraria–tentang pertanian kopi dan tanaman lainnya.

Fransiska Tekege di depan nisan Bruder Jan OFM. Foto: Alfonsa Wayap/suaraperempuanpapua.com

Ini biasanya dilakukan anak-anak asrama dan anak-anak SMP. Hasil dari kopi dijual ke pusat pengguling kopi atau  disebut P5. Yang dikelolah beberapa umat Katolik, diantaranya, Didimus Tebai. Di tahun–tahun itu, Wanggi serta cita rasa kopi Moanemani merebak hingga mancanegara–Eropa, Amerika dan Asia.

Sebagian orangtua di pedalaman Epouto sudah lebih dulu mengembangkan kopi. Berlanjut hingga ke Moanemani dan beberapa kampung lainnya, menjadikan kopi sebagai primadona, sumber penghasilan rutin, selain sayuran dan ternak.

Penghasilan dari kopi sebagai sumber biaya anak-anak mereka. Dua puluh tahun lebih, Bruder Jan menaruh konsenya pada pemasaran hingga tingkat ekspor keluar kopi Moanemani melalui jaringan Ordo Fransiskan dan kerabat lainnya.

Dari Moanemani Kembali ke Biara Antonius dan Meninggal

MENJADI warga negara Indonesia pada 1995 dengan nama Iriyanto Yobe. Sejak 2005–2021, Bruder Jan kembali dan tinggal di Biara Antonius, 2005–2021. Ia mulai mengalami sakit, setelah didiaknosa, penyakit jantung. Rutin melakukan kontrol dan perawatan di Biara. Ada seorang suster, bernama Monika, dia yang selalu merawat bruder.

Dalam perjalanan pemulihan, ia sempat beberapakali jatuh. Dan Bruder Jan sempat terjatuh dan mengalami patah tulang bagian leher. Selama sakit, Bruder Jan beberapa kali mendapat perawatan di rumah sakit. Selama di biara, suster perawat, Monika, yang dengan setia merawatnya hingga pada Sabtu sekira pukul 05.00 pagi Bruder Jan didapati telah terbujur kaku.

Menurut keterangan seorang saudara Ronald. Sabtu sekira pukul 05.00 pagi, ketika ia hendak pergi ke kapel untuk berdoa. Ia menyempatkan waktu ke kamar Bruder Jan. Yang didapati , Bruder Jan dalam keadaan terbujur kaku, mata tertutup, mulut terkatup dan tidak bernapas. Berita itu langsung dilaporkan  ke pimpinan biara.

Pastor Josep Ikikitaro Projo, anak angkat Brubder Johanes Petrus Sjerps OFM, yang bertugas di Keuskupan Timika. Foto: Alfonsa Wayap/suaraperempuanpapua.com

Bruder Jan meninggal di usia 82 tahun. Misa requem—diadakan pukul 09.00–10.00 pagi dipimpin oleh tiga pastor, salah satu pastor adalah anak binaanya yang dibawa dari Kokonao dan sekolah di Moanamani. Dia, Pastor Yosep Ikikitaro Pr, bertugas di Kesukupan Timika.

Sebelum pemakaman, Pastor Provinsial Provinsi Duta Damai Papua, Gabriel Nga OFM membacakan pesan berupa surat dari keluarga Bruder Jan di Belanda. Melalui saudaranya, Nico Sjerps mengatakan.

“Waktu Jan cuti terakhir ke Belanda, memang keadaan fisiknya mulai berkurang. Yan ingin tinggal di Papua bersama orang–orang yang sudah lama ia cintai. Katanya, di Papua, masih ada tempat kosong di kuburan.”

Nico mengucapkan banyak terima kasih atas cinta dan pelayanan saudara–saudari di Papua yang telah memperhatikan Bruder Jan. Yan memang sudah agak lama sakit, sakit jantung dan juga saraf. Secara rutin kontrol di rumah sakit menggunakan BPJS, dia selalu ke BPJS dulu baru ke rumah sakit.

“Kami berterima kasih, bahwa Yan selama satu tahun terkhir dapat pelayanan  terakhir. Sehingga dia bisa menutup hidupnya di sana. Salam dari sanak Famili di Belanda. Salam, Nico Seret.”

Bruder Jan dimakamkan di pekuburan khusus Biara Antonius Padua, Sentani pada Senin, 15 Februari 2021. Bruder Jan, selamat beristirahat panjang.

Alfonsa Wayap