INGIN JADI CAMAT BERUBAH JADI IMAM

Cita-cita awal Hendrikus Kariwop adalah, setamat SMA ingin melanjutkan ke Akademi Pemerintahan Dalam Negeri agar bisa jadi camat. Tetapi belok masuk Sekolah Tinggi Filsafat dan Theologi Fajar Timur Abepura dan ditabis menjadi imam. Iman Katoliknya sudah tertanam kuat sejak masa kecil mengikuti teladan ibunya yang rajin ke gereja.

Hendrikus Kariwop Upyandit. Bercita-cita jadi camat berubah jadi Imam dan melayani umat Tuhan di Keuskupan Agung Merauke selama 25 tahun, sejak 30 Juni 2000 – 30 Juni 2025. Foto: dokumentasi suaraperempuapapua.com

suaraperempuanpapua.com – HENDRIKUS Kariwop Upyandit. Lahir di Dusun Upyandit, Kampung Winiktit pada 15 Mei 1965 dari ayah Yohanes Ayam Upyandit dan ibu Petronela Salop Upyandit. Pasangan Yohanes dan Petronela dikaruniai lima anak. Tiga orang laki-laki dan dua perempuan.

Kedua orangtua Hendrikus Kariwop adalah generasi pertama yang menerima agama Katolik masuk di wilayah Muyu dan Mandobo. Hendrikus (Hengki, demikian sapaan akrabnya) adalah generasi kedua yang memeluk agama Katolik.

Dalam kehidupan sehari-hari keluarga, ibunya sangat taat beribadat dan setia menghadiri misa saat ada kunjungan pastor maupun ibadat mingguan yang dipimpin oleh guru ataupun pengurus dewan gereja di kampung.

Petronela Salop Upyandit, adalah seorang ibu rumah tangga yang tak berpendidikan, tidak tahu menulis dan membaca. Tetapi taat beribadat dan menanamkan sikap kedisiplinan beribadat itu kepada kelima anaknya. Petronela tidak hanya bersikap tegas, tetapi juga memberi sanksi tegas kepada anak-anaknya. “Siapa yang tidak ke gereja hari minggu? Tidak boleh makan! Sikap mama saya ini tegas,” ujar Pastor Hengki dalam acara ramah-tamah Perayaan 25 Tahun Imamat-nya di Merauke, Senin 30 Juni 2025.

Seluruh jenjang pendidikan Hendrikus Kariwop Upyandit sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi diselesaikannya di sekolah Katolik. Dimulai dengan masuk Sekolah Dasar YPPK Santo Aquinas Winiktit 1975 – 1978, kemudian pindah lanjut ke SD YPPK Pancasila Mindiptana, SMP YPPK St. Yoanes Mindiptana, SMA YPPK Petrus Hoeboer Mindiptana dan Sekolah Tinggi Filsafat dan Theologi Fajar Timur Abepura, Jayapura.

Di masa sekolah itu, Hengki Kariwop bercita-cita jadi camat. Sehingga setelah lulus SMA Petrus Hoeboer Mindiptana nanti, dia mau melanjutkan ke Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) di Jayapura, agar bisa jadi camat. Masuk APDN dan menjadi camat adalah sebuah penghormatan dan harga diri. Cita-cita itu sudah tertanam kuat dalam hatinya.

Tapi, kenapa tiba-tiba belok arah? Ceriteranya bermula pada sejarah masuknya Misi Katolik di Papua Selatan. Sejak Misi Katolik masuk khusus di wilayah Muyu–Mandobo pada 1932 hingga 1980-an tidak ada biarawan-biarawati pribumi Muyu dan Mandobo yang bertugas di Keuskupan Agung Merauke maupun di wilayah Muyu–Mandobo. Kondisi itu menimbulkan sebuah permenungan sekaligus penyesalan tersendiri bagi para biarawan–biarawati berkebangsaan Eropa yang bertugas di Pusat Dekenat Muyu–Mandobo (Pusdek Muman) Mindiptana pada masa itu.

Maka pada suatu hari, saat Hengki Kariwop berada di kelas dua SMA mengikuti Misa Minggu Panggilan yang dipimpin oleh Pastor C. V. Halen MSC di  Gereja Katolik Mindiptana.

Pastor Hendrikus Kariwop, foto bersama keluarga usai Misa Perayaan Syukur 25 Tahun Imamat Pastor Hendrikus Kariwop MSC di Altar Gereja Katolik Keuskupan Agung Merauke, Senin 30 Juni 2025. Foto: Paskalis Keagop/suaraperempuanpapua.com

Dalam Misa Minggu Panggilan itu, Pastor Van Halen dalam kotbahnya menyampaikan kekecewaannya atas tidak adanya orang Muyu–Mandobo yang masuk seminari. “Jangan sampai di kemudian hari ada ceritera bahwa agama Katolik pernah ada di daerah Muyu–Mandobo.” Ungkapan kekecewaan Pastor Van Halen itu bagai petir di siang bolong. Hendrikus Kariwop, siswa kelas dua SMA yang bercita-cita jadi camat pun belok arah.

Berdasarkan kotbah Pastor Van Halen itu, “saya ambil keputusan masuk seminari dan batal masuk APBN untuk jadi camat. Cita-cita berubah saat saya di kelas dua SMA, dan saat saya naik kelas 3 SMA, mama saya meninggal,” jelas Pastor Hengki pada acara ramah-tamah usai Misa Perayaan 25 Tahun Imamat Pastor Hendrikus Kariwop MSC di halaman Gereja Katolik Paroki Santo Fransiskus Xaverius Merauke, pada Senin 30 Juni 2025.

Setelah lulus SMA YPPK Petrus Hoeboer Mindiptana, Hengki memutuskan melanjutkan pendidikan tingginya masuk seminari tinggi di Sekolah Tinggi Filsafat dan Theologi (STFT) Fajar Timur Abepura, Jayapura. Jalan yang dipilihnya pun berjalan mulus hingga ditabiskan menjadi Pastor Hendrikus Kariwop MSC oleh Uskup Agung Merauke Mgr. Jacobus Duivenvoorde MSC, pada 30 Juni 2000.

Pentabisan itu sebagai pemenuhan atas kekecewaan Pastor C. V. Halen MSC dalam Misa Minggu Panggilan, “Jangan sampai di kemudian hari ada ceritera bahwa agama Katolik pernah ada di daerah Muyu–Mandobo.”

Namun kenyataannya, setelah 120 tahun Misi Katolik di Papua Selatan, sejak 1905 sampai 2025, Keuskupan Agung Merauke baru punya 10 imam pribumi asal Suku: Muyu, Mandobo, Malind dan Auwuyu. “Lima sudah orang tua dan lima masih anak muda”, kata Hengki. Karena itu, “kita harus bangun sekolah-sekolah seminari secara berjenjang agar kelak Keuskupan Agung Merauke bisa memiliki biarawan–biarawati pribumi yang melayani di Papua Selatan di masa 20 tahun mendatang” ujar Pastor Hendrikus Kariwop MSC.

Masyarakat Wambon di Merauke menampilkan Tarian Kupukupu pada Perayaan 25 Tahun Imamat Pastor Hendrikus Kariwop MSC, di halaman Gereja Katedral Keuskupan Agung Merauke, pada Senin 30 Juni 2025. Foto: Paskalis Keagop/suaraperempuanpapua.com

Kini Hendrikus Kariwop bukan lagi seorang camat. Tetapi adalah seorang Imam dan sedang melayani Umat Tuhan di wilayah Keuskupan Agung Merauke selama 25 tahun, sejak 30 Juni 2000 – 30 Juni 2025.

BIODATA PASTOR HENDRIKUS KARIWOP MSC.

Nama lengkap : Hendrikus Kariwop Upyandit. Waktu lahir: 15 Mei 1965. Tempat lahir: Dusun Upyandit, Kampung Winiktit. Nama orangtua: ayah, Yohanes Ayam Upyandit dan ibu, Petronela Salop Upyandit. Saudara kandung: 4 orang.

Masa Pendidikan

  1. SD YPPK Santo Aquinas Winiktit 1975 – 1978, pindah lanjut ke SD YPPK Pancasila Mindiptana, lulus 1982.
  2. SMP YPPK St. Yoanes Mindiptana, lulus 1985.
  3. SMA YPPK Petrus Hoeboer Mindiptana, lulus 1988.
  4. Sekolah Tinggi Filsafat dan Theologi Fajar Timur Abepura, Jayapura, lulus 1993.
  5. Pasca Sarjana/Mayor STF Seminari Pineleng, Manado 1995 – 1997.

Masa Panggilan

  1. Masuk Novisiat MSC Karanganyar di Jawa Tengah dan Profesi Pertama, 1995.
  2. Kaul Kekal, 1988.
  3. Tabisan Diakon di Gereja Katolik Bambu Pemali Merauke, 29 Juni 1999.
  4. Tahun Diakonat di Bade, 1999 – 2000.
  5. Ditabiskan jadi Imam oleh Uskup Agung Merauke, Mgr. Jacobus Duivenvoorde MSC, di Gereja Katolik Paroki Santo Fransiskus Xaverius Merauke, pada 30 Juni 2000.

Karya Pelayanan

  1. Pastor Neomis di Paroki Katedral Merauke, 2000 – 2001.
  2. Pastor Paroki Bunda Hati Kudus Kuper, 2002 – 2010.
  3. Pastor Paroki Santo Yosef Bambu Pemali Merauke, Selama 8 Bulan di Tahun 2006.
  4. Ketua Yayasan Pendidikan Persekolahan Katolik Keuskupan Agung Merauke, 2010 – 2017.
  5. Pastor Paroki Katedral Merauke 2019 – sekarang (2025).
  6. Vikaris Jenderal (Vikjen) Keuskupan Agung Merauke, 2017 – sekarang (2025).