Suaraperempuanpapua.com—FAKULTAS Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Cenderawasih menambah seorang doktornya dalam bidang Ilmu Sosial setelah Fitrine Christiane Abidjulu berhasil mempertahankan disertasinya dalam Sidang Terbuka (promosi) Doktor Ilmu Sosial dalam bidang kajian Sosiologi di ruang Victory Lt 7 Grand Abepura Hotel baru-baru ini.
Dalam Sidang Terbuka (Promosi) terbuka tersebut, Fitrine Christiane Abidjulu berhasil menampilkan hasil penelitian terbarunya yang diberi judul “ Peran Ganda Perempuan Dalam Pengelolaan Konflik Keluarga pada masyarakat multikulturisme di Kota Jayapura”.
Dalam kesempatan itu, Fitrine Christiane Abidjulu, dinilai sangat cermat, dan tepat memilih judul, fokus dan lokus kajian,.karena beranjak dari asumsi bahwa perempuan berperan ganda karena adanya tuntutan dari kebutuhan aktualisasi diri yang merupakan hasil dari pendidikan yang ditempuhnya dan terdorong untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi sebagai penghasil uang dalam rangka menopang kesejahteraan keluarga.
Dalam hasil risetnya Fitrine menemukan bahwa individu perempuan ialah seorang pribadi yang memiliki harapan-harapan, kebutuhan-kebutuhan, minat dan potensi sendiri. Artinya bahwa, di samping bekerja untuk menopang kesejahteraan ekonomi keluarga, perempuan juga berusaha meniti karir pada tugas-tugas manajerial sebagai pengambil keputusan.
Hal ini dapat terjadi, kata Fitrine Christiane Abidjulu, karena tidak sedikit perempuan yang berhasil dalam mengembangkan potensinya, tetapi banyak pula diantaranya yang mengalami tantangan dalam mengaktualisasikan kemampuannya.
Disebutkan bahwa dengan bekal pendidikan saja belum cukup menjamin seorang perempuan dapat terbebas dari urusan rumah tangga. Setidaknya dalam penelitiannya Abidjulu memaparkan bahwa, ada dampak positif dari peran ganda perempuan yang bekerja, karena dari peran itu, dirinya dapat berkontribusi meningkatkan pendapatan keluarga dan meningkatkan kualitas hidupnya. namun pada sisi yang lain, ada ekses lain yang timbul dari peran ganda itu, yakni kurangnya waktu bersama keluarga, khususnya dalam hal pengasuhan anak yang kerap memicu konflik dalam keluarga. “Dampak peran ganda perempuan bekerja dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan kualitas hidupnya, namun pada sisi lain, perempuan bekerja justru kehilangan waktu yang cukup untuk mengasuh anak, akibatnya dapat terjadi konflik-konflik dalam keluarga”, ujarnya mantap.
Dalam pertanggung jawaban Akademik, Tim Promotornya yang diketuai oleh Prof. Dr. Avelinus Lefaan, MS (Pembimbing Utama); Dr. Agustina Ivonne Poli, M.Si (Pembimbing Pendamping) dan Dr. Usman Pakasi, M.Si (Pembimbing Pendamping) menyebutkan bahwa lokus penelitian Fitrin, memperlihatkan contoh nyata dari keberagamannya budaya dan multikulturisme. “Kota ini menjadi tempat tinggal bagi berbagai suku dan etnis dari seluruh pelosok Indonesia, termasuk suku-suku asli Papua”, tanda Prof Avelinus.
Dilanjutkan, Multikulturisme di Kota Jayapura telah menciptakan suasana yang kaya dan dinamis, meskipun tantangan seperti integrasi sosial dan konflik budaya juga bisa muncul. Menurutnya, Multukulturisme di Kota Jayapura telah pula mendorong perempuan yang hidup dalam konstuksi sosial budaya jadi lebih terbuka dan mengambil peran ganda yakni berperan pada ranah domestik maupun ranah publik.
Perempuan bekerja untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, namun di sisi lain sebagai bentuk aktualisasi diri. Peran ganda perempuan ini tentu membutuhkan dukungan sosial karena tanpa dukungan sosial maka akan terjadi konflik dalam keluarga.
Menurut Fitrine Christiane Abidjulu, keadaan ini sering dapat diatasi dengan baik, namun ada kalanya tidak. “Keinginan perempuan untuk menjalankan peran gandanya dengan sempurna, namun tidak jarang saling bertentangan antara satu dengan yang lain, sehingga memang sangat dibutuhkan pengelolaan konflik oleh perempuan sendiri dalam keluarga” kata dia.
Untuk itu, berdasarkan kajian disertasinya, Fitrine Christiane Abidjulu menemukan bahwa Pertama, Peran ganda perempuan meliputi Peran ranah domestik dan peran ranah publik, dimana konflik lebih sering terjadi ketika kurang dukungan dari suami terhadap peran gandanya; kemudian konflik juga terjadi apabila perempuan meninggalkan tugas pengasuhan anak karena pekerjaannya di ranah publik. Selain itu pekerjaan juga dapat memicu konflik sebagai akibat peran ganda perempuan. Kedua, dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga kepada perempuan bekerja dominan bersifat emosional (keakraban dan penerimaan), dan bersifat informasional (partner sharing) dalam penyelenggaraan urusan rumah tangga dan pemeliharaan anak, sedangkan dukungan yang bersifat instrumental (pemberian bantuan), masih kurang dominan diberikan oleh keluarga sehingga perempuan yang bekerja tidak merasakan kepuasan dalam bekerja dan menimbulkan perasaan bersalah terhadap keluarganya. Komitmen dan dukungan moril dari pasangan hidup juga dapat membantu mencapai kepuasan hidup yang pada akhirnya dapat membantu menekan timbulnya konflik akibat peran ganda tersebut. Ketiga, Peran ganda perempuan dalam pengelolaan konflik keluarga pada masyarakat multikultural di Kota Jayapura diteliti dengan model coping. model ini sebagai strategi menggabungkan pekerjaan dan keluarga untuk mengelola identitas pekerjaan/keluarga yang berperan ganda. Model ini umumnya digunakan sebagai cara untuk menanggulangi, ataupun memberikan jalan keluar untuk mengelola konflik pada peran ganda perempuan. Model Coping mencakup beragam usaha sadar seseorang dalam menghadapi tekanan yang tengah dihadapi. Artinya bahwa coping sebagai upaya individu dalam mengelola konflik yang tengah terjadi dan menunjuk pada mereka, sekaligus tindakan meminimalisir hal yang dianggapan keliru. Konsekuensi logis dari model coping ini sangat mungkin bergantung pada strategi yang digunakan untuk menanganinya.
Temuan Riset (novelty) Fitrine Christiane Abidjulu ini menunjukkan bahwa perempuan yang berperan ganda dalam pengelolaan konflik keluarga memiliki peran yang penting dalam mengelola konflik keluarga yang terjadi akibat peran gandanya, baik peran di ranah domestik dan peran di ranah publik. kendati demikian, pengelolaan konflik keluarga oleh perempuan pada masyarakat multikultur yang berbeda suku, agama dan budaya dilakukan oleh perempuan. Model Coping merupakan strategi dalam pengelolaan konflik keluarga yang ditelitinya menegaskan bahwa perempuan yang berperan ganda melakukan pengelolaan konflik melalui problem fokus coping (PFC), emotional fokus coping (EFC) atau mengkombinasikan model ini sebagai strategi dalam pengelolaan konflik keluarga.
Dalam kesempatan Sidang terbuka (Promosi) Doktor, Prof Dr Avelinus Levaan menyimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh saudara Fitrine Christiane Abidjulu telah berhasil menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan dalam disertasinya. Olehnya dari hasil temuan riset ini menunjukkan bahwa dipandang perlu untuk mengoptimalkan kebijakan-kebijakan juga menerapkan kembali pengarusutamaan gender di Kota Jayapura.
Dari hasil kajian, Dr. Fitrine Christiane Abidjulu merekomendasikan agar : pertama, . Pemerintah Kota Jayapura, perlu membuat peraturan daerah sebagai turunan dari Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Penerapan Pengarusutamaan Gender di semua dinas yang ada di Kota Jayapura. Kedua, Harus ada Komitmen dan dukungan moril dari keluarga, khususnya pasangan hidup guna mencapai kepuasan hidup, yang pada gilirannya dapat membantu menekan konflik yang timbul karena adanya peran ganda perempuan. Ketiga, Hasil riset ini kiranya dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman dalam pendampingan bagi pihak-pihak terkait dalam pengambilan keputusan untuk merencanakan kebijakan-kebijakan inklusif di tempat kerja, karena apa yang diteliti dan ditemukan dalam riset ini sangat selaras dengan misi pengembangan kesetaraan gender. Keempat, bagi para peneliti lain, dianjurkan untuk meneliti lebih lanjut mengenai model pengelolaan konflik dalam mengatasi konflik keluarga yang diakibatkan oleh peran ganda perempuan.*** (gm/tspp)