KRONOLOGI KEMATIAN IRENE SOKOY

Irene Sokoy berjuang masuk keluar empat rumah sakit di Jayapura untuk minta pertolongan agar ia bisa melahirkan melalui operasi. Tak satun pun rumah sakit yang mau menolongnya. Akhirnya, Tuhan memanggilnya.

Irene Sokoy. Korban meninggal akibat ditolak empat rumah sakit untuk operasi kelahiran anaknya yang ketiga.

suaraperempuanpapua.com – IRENE SOKOY. Perempuan berusia 31 tahun, lahir pada 19 Januari 1994. Telah bersuami bernama Niel Kastro Kabey (35), dan dikaruniai dua anak. Masing–masing berusia 11 tahun dan 6 tahun. Sehari–harinya Irene bekerja sebagai seorang kader Posyandu Kampung Hobong. Sebuah kampung kecil di tepi Danau Sentani.

Dan pada 2025 ini, Irene sedang mengandung anak ketiga, dan harus segera melahirkan. Namun, tidak bisa melahirkan secara normal, karena berat kehamilan mencapai empat kilogram. Maka, untuk melahirkannya harus melalui operasi di rumah sakit.

Pada Minggu 16 November 2025 pukul 02.00 siang, Irene menelepon mertuanya, Abraham Kabey, mengabarkan bahwa, ia akan segera melahirkan. Abraham pun meminta Irene dan suaminya segera ke rumah sakit untuk persiapan melahirkan. Tapi Irene menjawab, “bapa dan mama, saya sudah rasa mau melahirkan.”

Lalu Abraham menjawab, “Oke sudah, mari kami di rumah sakit Yowari. Irene pun dihantar keluarga dan suaminya dari derma Kampung Kensio menggunakan spead boat menuju Rumah Sakit Yowari Sentani pukul 15.00 sore. Di Yowari, Irene dihantar ke ruang Unit Gawat Darurat, lalu dipindahkan ke ruangan bersalin. Keluarga besar menunggu di luar ruangan dan hanya ditemani suaminya, Neil Kastro Kabey.

Tak lama berselang, air ketuban sudah pecah, sudah mau melahirkan. Saat itu, waktu telah menunjukan pukul 01.00 dini hari, Senin 17 November 2025. Walau ketuban sudah pecah, tapi, Irene belum ada tanda–tanda akan melahirkan.

Kondisi Irene pun semakin kritis. Dalam keadaan itulah, keluarga mendapat kabar dari petugas medis bahwa, dokter yang biasa operasi ibu hamil tidak ada. Keluarga pun marah dan ribut dengan petugas medis, karena mereka sudah menghabiskan waktu selama 10 jam di RSUD Yowari tanpa pelayanan.

”Kami kecewa dan marah, karena sudah tengah malam baru dikabari tidak ada dokter. Kami ribut, kenapa kami ditahan tanpa pelayanan selama 10 jam. Kalau cepat diberitahu, kami bisa rujuk ke rumah sakit lain,” kesal Abraham Kabey.

Akhirnya, Irene dan keluarga didampingi dua tenaga medis RSUD Yowari menggunakan mobil ambulance menuju Rumah Sakit Dian Harapan Waena, dan RSUD Abepura. Tapi kedua rumah sakit itu tidak bersedia menerima pasien, dengan alasan terbatasnya tenaga medis dan ruang inap penuh.

Dari RS Dian Harapan Waena, keluarga menghantar Irene ke RS Bhayangkara Kotaraja Dalam. Namun, mendapat jawaban bahwa, kamar inap untuk pasien kelas 3 BPJS Kesehatan habis, penuh. Yang tersedia cuma ruang VIP (very important person). Pilihan terakhir keluarga untuk selamatkan Irene Sokoy adalah menjadi pasien umum dengan biaya operasi sebesar 8 juta rupiah. Keluarga tidak siap uang sebanyak itu. Uang yang mereka bawa cuma 4 juta rupiah. Mestinya cukup untuk bayar uang muka operasi, dan selebihnya menyusul setelah operasi. Tapi RS Bhayangkara tidak mau.

”Kami memohon, agar selamatkan nyawa dulu, anak kami kritis di mobil ambulance. Nanti sudah selesai pasti kami lunasi. Mereka hanya periksa di dalam mobil, kasih turun pun tidak,” ujar Abraham, mertua Irene.

Kalvin Kabey, 11 tahun. Anak sulung pasangan Niel Kastro Kabey dan Irene Sokoy di makam ibunya. Rabu, 19 November 2025. Foto: suaracyclops.blogspot.com

Keluarga pun panik dan berdebat dengan tenaga medis, karena pasien dalam mobil sudah sangat kritis. Tapi petugas itu diam saja. Akhirnya, keluarga memutuskan membawa Irene Sokoy ke RSUD Dok 2 Jayapura.

Ini adalah langkah terakhir keluarga untuk menolong Irene supaya bisa cepat melahirkan melalui operasi. Perjuangan keluarga dimulai Minggu 16 November pukul 15.00 sore sampai Senin 17 November pukul 05.00 pagi, mulai dari Rumah Sakit Yowari, Rumah Sakit Dian Harapan Waena, Rumah Sakit Abepura, dan Rumah Sakit Bhayangkara Kotaraja Dalam.

Perjuangan keras keluarga tidak membuat empat rumah sakit menolong Irene Sokoy untuk bisa melahirkan dengan cara operasi, dan Irene pun menghembuskan nafas terakhir dalam perjalanan dari Rumah Sakit Bhayangkara Kotararaja menuju RSUD Dok 2 Jayapura, pada Senin 17 November pukul 05.00 pagi.

Pada menit–menit terakhir, Abraham Kabey menyaksikan bagaimana anak mantunya berjuang terus mengeluh sakit sejak dari Rumah Sakit Yowari Sentani hingga perjalanan menuju RSUD Dok 2 Jayapura.

”Di situ kami lihat sudah lewat, meninggal pukul 5 pagi, dan kami kembali ke RS Bhayangkara. Di sana, dokter menyatakan, anak kami sudah meninggal,” ujar Abraham Kabey dengan nada terputus dan wajah tertunduk. Abraham menyaksikan sendiri anak mantunya menghembuskan nafas terakhir di dalam mobil ambulance menuju RSUD Dok 2 Jayapura.

Keluarga membawa pulang jenazah Irene Sokoy ke Kampung Hobong dan dimakamkan, pada Rabu 19 November 2025. Irene Sokoy meninggalkan seorang suami dan dua anak.

Paskalis Keagop