
Mengenang Dr. Hans Zadrak Kaiwai, S.E., M.Sc., Agr.
Suaraperempuanpapua.com—Koridor bersejarah di Gedung Transistor Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Cenderawasih, terasa berbeda sore itu, 10 November 2025. Dalam suasana perayaan peringatan Puncak Dies Natalis, sosok yang senantiasa dikenal kalem, cerdas, dan santun itu mengakhiri rangkaian hidupnya di lokasi yang sangat melekat dengan dedikasi dan pelayanannya, di kampus, di tengah komunitas akademik yang mencintainya. Dr. Hans Zadrak Kaiwai, S.E., M.Sc., Agr., Wakil Rektor II Universitas Cenderawasih, telah berpulang setelah menyampaikan pidato pada puncak perayaan Dies Natalis ke-63 Uncen. Usai menunaikan tugas terakhirnya, beliau sempat berbisik kepada istrinya, Dra. Irwanti Sarewo, M.M., bahwa beliau merasa lemah dan perlu segera ke rumah sakit. Namun, dalam perjalanan menuju RS Bhayangkara, sang akademisi yang berdedikasi itu telah “dipanggil kembali” oleh Sang Pencipta. Beliau berpulang dengan cara yang terhormat, setelah menyelesaikan tugasnya dengan penuh kesempurnaan.

Perjalanan Panjang dari Waropen Menuju Dunia Akademis
Dr. Hans Zadrak Kaiwai, S.E., M.Sc., Agr dilahirkan di Waropen, 29 Juni 1966. Ia merupakan putra keempat dari sembilan bersaudara, anugerah dari pasangan Ruben Kaiwai dan Martina Windesi. Sejak usia dini, beliau dikenal sebagai pribadi yang tekun dan ulet. Jejak pendidikannya dimulai dari SD Adven Manokwari (1979), dilanjutkan ke SMP Negeri 1 Manokwari, dan SMA Negeri 415 Manokwari (1985).
Selanjutnya, beliau melanjutkan pendidikan S-1 di Universitas Cenderawasih dan lulus pada tahun 1991—menandai dimulainya perjalanan panjangnya di dunia pendidikan tinggi. Rasa ingin tahunya yang mendalam dalam menimba ilmu membawanya hingga ke Eropa untuk menyelesaikan studi S-2 di Georg August University of Göttingen, Jerman (1999), dan kemudian meraih gelar S-3 di Universitas Hasanuddin (2007).
Bagi Hans, pendidikan lebih dari sekadar jenjang akademis; ia memandang pendidikan sebagai panggilan hidup. Beliau sangat meyakini bahwa ilmu pengetahuan harus memberikan dampak positif bagi sesama, khususnya bagi tanah kelahirannya, Papua.
Sinergi Antara Akademisi dan Pelayan Masyarakat
Sejak memulai kariernya sebagai dosen pada tahun 1994, Dr. Hans Kaiwai dikenal luas di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uncen sebagai individu yang menjunjung tinggi disiplin dan kewibawaan, namun tetap bersikap hangat kepada mahasiswa dan rekan kerja. Beliau menapaki kariernya secara bertahap, mulai dari posisi Asisten Ahli, Lektor, hingga dipercaya menjabat sebagai Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan (2009–2013), dan kemudian Pembantu Dekan Bidang Akademik (2013–2017).
Puncak tanggung jawabnya dicapai ketika beliau dipercaya untuk memegang jabatan sebagai Wakil Rektor II Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Umum pada tahun 2024. Dalam peran tersebut, beliau tidak hanya bertugas mengelola anggaran, tetapi juga menjadi suri teladan dalam hal integritas dan pelayanan. “Bagi Pak Hans, angka bukan sekadar data, melainkan representasi kejujuran dan tanggung jawab,” ujar salah seorang koleganya dengan nada penuh penghormatan.

Di luar lingkungan kampus, Dr. Hans juga aktif terlibat sebagai tenaga ahli di DPR Papua, anggota berbagai tim yang bertugas dalam seleksi pejabat publik, serta menjadi narasumber di tingkat nasional dalam bidang desentralisasi fiskal. Beliau telah memberikan kontribusi signifikan pada berbagai kajian penting, termasuk dalam penyusunan Raperdasi dan Raperdasus Provinsi Papua, serta berbagai analisis mengenai ekonomi dan pembangunan daerah.
Pandangan Kritis Seorang Akademisi yang Tak Pernah Padam
Karya tulisnya mencerminkan pemikiran kritis yang tajam sekaligus kecintaan yang mendalam terhadap Papua. Beliau telah menerbitkan tulisan di berbagai media dan jurnal, termasuk artikel berjudul “Development in Papua After Special Autonomy” (ANU, 2014) dan opini berjudul “Politik Ekonomi Lokal: Perlindungan dan Pemberdayaan Orang Asli Papua” di Harian Cenderawasih Pos (2019).
Beliau berpegang teguh pada keyakinan bahwa kemajuan ekonomi Papua harus didasarkan pada kemampuan masyarakat asli Papua dalam mengelola kekayaan sumber daya yang dimiliki. Prinsip ini pula yang menjadi landasan bagi setiap kebijakan yang beliau bantu dalam perumusannya, baik di lingkungan pemerintahan maupun di institusi pendidikan.
Pelayan Gereja dan Pilar Keluarga
Bagi keluarga dan komunitas gerejanya, Dr. Hans bukan hanya seorang akademisi, tetapi juga seorang pelayan Tuhan yang rendah hati. Beliau aktif berkontribusi di Jemaat GKI Pniel Kotaraja sebagai Wakil Sekretaris Jemaat (2012–2022) dan Ketua Hari-Hari Besar Gerejawi (2023). Dalam setiap tugas pelayanannya, beliau dikenal sebagai pribadi yang tenang, penuh kasih, dan pendengar yang sabar.
Dalam rumah tangga kecilnya bersama Ibu Irwanti Sarewo, beliau dikaruniai tiga orang putra dan putri: Lukas F. Kaiwai, Vincent H. Kaiwai, dan Grenadines M. Kaiwai—yang kesemuanya tumbuh dengan rasa bangga dan kasih yang mendalam terhadap sosok ayah yang menjadi teladan iman dan etos kerja keras.
Menyelesaikan Pengabdian di Lingkungan yang Dicintai
Kepergian Dr. Hans Kaiwai meninggalkan duka yang mendalam bagi seluruh keluarga besar Universitas Cenderawasih dan komunitas akademik di Papua. Namun, cara beliau berpulang, di tengah menjalankan tugas dan pengabdiannya membuat dirinya akan selalu dikenang sebagai sosok yang “terus menyala hingga akhir hayatnya”.
Di koridor sejarah Gedung Transistor FISIP Uncen, tempat beliau mengakhiri perjalanan hidupnya, kini terukir kisah mengenai seorang dosen, pemimpin, pelayan, dan ayah yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan umat manusia.
Kehidupannya seolah menyampaikan pesan “Jadilah sumber cahaya di mana pun Anda berada. Sebab panggilan tertinggi manusia bukanlah sekadar untuk hidup, melainkan untuk memberikan makna.”
Selamat jalan, Dr. Hans Zadrak Kaiwai. Kontribusi dan keteladananmu akan senantiasa hidup dalam setiap ruang kelas, dalam setiap langkah generasi yang Anda bina penuh kasih dan integritas.*(Gabriel Maniagasi/tspp)
