Kasus pembunuhan Michelle Kurisi Doga menimbulkan pertanyaan di banyak kalangan. Siapa pelaku dan apa motifnya?

suaraperempuanpapua.com – KETIDAKJELASAN siapa pelaku dan apa motif pembunuhan Michelle Kurisi Doga membuat Perkumpulan Pengacara Hak Azasi Manusia (PAHAM) Papua mengeluarkan pernyataan pers mempertanyakan apakah Michelle Kurisi Doga dihabisi TPN-PB atau TNI-Polri? PAHAM Papua minta penyelidikan kasus pembunuhan Michelle perlu dilakukan secara independen dan profesional untuk mengetahui siapa pelaku dan motif pembunuhan.
Kasus pembunuhan Michele Kurisi Doga di Kampung Koloyak, Distrik Kolowa Kabupaten Lanny Jaya, pada Senin 28 Agustus 2023 meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga dan warga Papua yang peduli perdamaian.
PAHAM Papua menilai, peristiwa pembunuhan Michelle sungguh memprihatinkan. Sebab, di tengah mobilisasi pasukan tentara dan polisi di daerah konflik dengan jumlah yang cukup banyak, namun peristiwa berdarah masih saja terus terjadi. Mulai dari penjualan senjata dan amunisi antara aparat keamanan dengan kelompok sipil bersenjata hingga penyanderaan, penyiksaan, dan pembunuhan.
Kemudian terjadi saling klaim yang dipertontonkan tanpa proses pencegahan atau penyelidikan untuk mengetahui motif dan pelaku pembunuhan yang sesungguhnya. Yang terkini menimpa Michelle Kurisi Doga di belantara Lanny Jaya.
Pasca peristiwa pembunuhan Michelle, telah beredar luas pernyataan kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat melalui Juru Bicaranya Sebby Sambom bahwa mereka bertanggungjawab atas pembunuhan Michelle Kurisi Doga karena dia bekerjasama dengan aparat keamanan Indonesia dan melakukan perjalanan ke Lanny Jaya untuk mengambil data pengungsi sebagai alasan untuk kegiatan mata-mata guna pembebasan sandera Pilot Pesawat Susi Air, Kapten Philip Mark Mahrtens asal Selandia Baru, yang disandera Kelompok Sipil Bersenjata pimpinan Egianus Kogoya di Nduga pada 7 Februari 2023 lalu.
Klaim tersebut kemudian dengan cepat menjadi alasan pembenar aparat keamanan dengan membangun narasi bahwa Michelle Kurisi Doga dibunuh oleh Kelompok TPN-PB dan membantah korban bukan anggota intelijen tentara maupun polisi. Substansi dari pengungkapan kasus pembunuhan Michelle menurut PAHAM Papua tidaklah meniadi prioritas, yanq menjadi prioritas adalah narasi “kambing hitam” dan narasi “kambing putih“.

Seharusnya, yang lebih dikedepankan penyelidikan yang independen mulai dari aktivitas sehari-hari korban, pekeriaannya, relasi korban dalam bekerja termasuk misi yang diemban Michelle menuju Nduga untuk mengurus pengungsi atas perintah dan kerjasama dengan lembaga atau pihak mana? Termasuk korban pergi bersama siapa dalam melakukan perjalanan sampai dengan dibunuh secara sadis.
PAHAM Papua dalam keterangan persnya mengatakan dari pemantauan dan penelusuran jejak digital, yang dilakukan oleh PAHAM Papua, korban mempunyai relasi cukup dekat dengan beberapa petinggi Polri di Papua. Termasuk dalam beberapa konflik di Papua yang bersangkutan secara aktif terlibat dalam aksi-aksi tersebut. Tetapi tidak tersentuh proses hukum.
Misalnya, dalam peristiwa rasisme 2019. Michele Kurisi Doga terlibat dalam aksi anti rasisme dengan turut melakukan orasi di depan Kantor Gubernur Papua di Jayapura, 19 Agustus 2019 dan juga aksi 29 Agustus 2019 yang berbuntut terjadinya tindakkan anarkis pembakaran dan perusakan sejumlah bangunan di Jayapura.
Dalam peristiwa itu, Michelle juga hadir dalam aksi-aksi tersebut, dan melakukan orasi di panggung. Namun, tidak pernah tersentuh proses hukum baik sebagai saksi biasa maupun tersangka. Korban iuga dalam proses hukum terhadap aktivis yang dijerat dengan tuduhan makar setelah- peristiwa rasis 2019 baik di Balikpapan dan Jayapura aktif melakukan pemantauan.
Korban sebelum peristiwa pembunuhan tidak pernah terdengar keterlibatannya sebagai aktivis yang mengurus perempuan dan anak-anak pengungsi. Termasuk persoalan perempuan dan anak lainnya. Michelle juga tidak terdengar keterlibatannya dalam organisasi masyarakat sipil manapun yang melakukan advokasi terhadap masalah-masalah perempuan dan anak di Papua.
Karena itu, PAHAM Papua minta perlu dilakukan penyelidikan yang mendalam secara independen dan profesional oleh pihak yang netral guna menghindari saling klaim dengan narasi-narasi yang sarat kepentingan politik.
Diperlukan juga saksi-saksi dan alat bukti yang dapat membantu pengungkapan kasus dengan melakukan jejak digital korban mulai dari aktivitas kesehariannya selama ini, komunikasi dengan pihak-pihak siapa saja dan saat melakukan perjalanan ke Lanny Jaya atas perintah dan bersama dengan siapa?

Selain itu, dilakukan pula penyelidikan terhadap proyektil yang dipakai menembak korban di Puslabfor untuk mengetahui jenis peluru dan senjata produksi mana? Dengan itu, akan ketahuan pihak-pihak yang menggunakannya?
Jejak digital yang bisa dipakai untuk menelusuri motif pembunuhan korban adalah hadirnya Michelle Kurisi Doga dalam webinar dalam Paradox yang dibawakan oleh Bishop Joshua Tewuh dengan judul, “Ndanesia Walk Aut Why?!”, dalam catatan Paradox tersebut, Michelle Kurisi Doga mengapresiasi delegasi ULMWP dan mendukung perjuangan Papua menjadi Anggota MSG serta berbalik mengkritisi Pemerintah lndonesia cukup keras.
Inti pernyataannya antara lain: “Salut untuk pemimpin ULMWP yang hadir di Vanuatu, Delegasi lndonesia tidak mewakili Papua, tidak mewakili adat-istiadat orang Papua, lndonesia walk out dari Forum MSG sangat memalukan, Menteri Luar Negeri Retno Marcudi diminta mengundurkan diri”.
Melihat track record korban akhir-akhir ini terdapat berbagai spekulasi tentang pembunuhannya bukan saja korban dibunuh oleh Kelompok TPN-PB, tetapi bisa saja sengaja “dihilangkan” oleh kelompok aparat keamanan Indonesia yang sakit hati terhadap pernyataan korban yang kontra dengan kepentingan mereka di Tanah Papua atau sengaja menciptakan narasi konflik Papua dari konflik kekerasan negara yang dilakukan oleh aparat keamanan ke konflik kekerasan yang dilakukan TPN-PB terhadap masyarakat sipil.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, untuk mengungkap kasus terbunuhnya Michelle Kurisi Doga secara independen, maka Pemerintah Republik lndonesia melalui KOMNAS HAM RI perlu membentuk Tim lndependen guna pengungkapan kasus pembunuhan diluar hukum dan menghindari saling klaim yang tidak bertanggungjawab baik di kalangan TPN-PB maupun TNI-Polri yang menimbulkan korban berjatuhan di kalangan masyarakat sipil di Tanah Papua.
Keterangan pers PAHAM Papua diparaf oleh Gustaf Kawer, Hermon Sinurat, Jaqualine Kafiar dan Royalis Korwa di Jayapura pada Jumat, 1 September 2023.
Paskalis Keagop
