MISA SYUKUR KAUM BAPAK KATOLIK MERAUKE

Komisi  Kerasulan Awam Kaum Bapak Katolik Keuskupan Agung Merauke merayakan misa syukur hari ulang tahun kedua 2025. Misa syukur dipimpin oleh Uskup Agung Merauke Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC.

Uskup Agung Merauke Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC, saat memimpin misa Syukur HUT ke-2 Kaum Bapak Katolik Keuskupan Agung Merauke, pada Minggu 29 Juni 2025. Foto: Paskalis Keagop/suaraperempuanpapua.com

suaraperempuanpapua.com – MISA syukur hari ulang tahun kedua Kaum Bapak Katolik Keuskupan Agung Merauke (KBK Kame) dilaksanakan di Aula Pankat Kelama Lima Merauke. Tidak semua anggota kaum bapak Katolik hadir dalam misa syukur kedua. Hanya sedikit anggota KBK Kame yang menghadiri misa syukur yang dilaksanakan pada Minggu 29 Juni 2025.

Uskup Agung Merauke Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC, dalam kotbahnya mengatakan tugas Komisi Kerawam KBK Kame sangat penting dalam gereja untuk memberikan motivasi dan mendorong partisipasi kaum awam dalam kehidupan sosial-politik dan sosial kemasyarakatan. Sehingga, lahirlah tokoh-tokoh awam yang bermutu, beriman, setia dan militan, dalam menggarami dan menerangi masyarakat.

Peran kerasulan kaum awam sangat penting dalam sejarah Gereja Katolik. “Lihatlah Maria Ibu Yesus, Petrus dan Yohanes, dan lainnya. Mereka bukan sarjana lulusan perguruan tinggi bergelar profesor doktor, bukan juga biarawan-biarawati. Mereka hanyalah kaum awam, ibu rumah tangga biasa dan bapa rumah tangga yang bekerja sebagai nelayan. Tetapi dipilih Yesus menjadi murid-murid-Nya dan mereka setia sampai mengorbankan jiwa dan raganya untuk mengabdi kepada Yesus dengan cara disalib.”

Petrus Canisius Mandagi mengatakan KBK Kame harus menjadi saksi Kristus. Ada lima hal untuk menjadi saksi Kristus, yaitu 1) Seorang Katolik adalah saksi Kristus. Sehingga saksi itu harus terwujud dimulai dari dalam diri sendiri, keluarga dan dalam hidup bersaudara. 2) Jadi saksi Kristus berarti menghadiri Misa Kudus, berdoa, dan berdevosi. 3) Jadi saksi Kristus berarti mewartakan dengan menyuarakan kebenaran lewat kata dan perbuatan. Jadi saksi Kristus berarti berani berkorban demi menjadi saksi Kristus.

Keempat, jadi saksi Kristus artinya kita menjadi orang yang suka memberi. Memberi bukan karena banyak dan kaya, tetapi memberi dari apa yang kita punya kepada yang membutuhkan. Secara struktur uskup adalah pemimpin saksi Kristus, sehingga bertugas untuk menegur kepada umatnya yang melanggar. Gereja Katolik ada karena terstruktur secara kelembagaan. 5) Menjadi saksi Kristus adalah panggilan jadi biarawan-biarawati untuk menjadi saksi Kristus untuk menyatakan kebenaran kehadapan umat manusia bahwa percayalah kepada Tuhan.

“Peran kaum awam menjadi sangat penting menjadi saksi Kristus dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan lingkungan pekerjaan. Kejujuran, kesetiaan, kedisiplinan harus menjadi cermin kehidupan awam Katolik. Panggilan kaum awam adalah menjadi saksi Kristus untuk mewartakan kebenaran dalam perkataan dan perbuatan. Banyak orang awam yang menjadi saksi dan menjadi murid Yesus seperti Maria, Petrus, Paulus dan lainnya,” ujar Uskup Merauke.

Uskup Agung Merauke Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC, Bupati Merauke Yosep B. Gebze, Ketua MRPS Damianus Katayu, dan Ketua Umum KBK Kame, Lambertus Ignatius Fatruan saat mengikuti sarasehan di Aula Pankat Kelapa 5 Merauke, Minggu 29 Juni 2025. Foto: Paskalis Keagop/suaraperempuanpapua.com

Usai misa syukur, dilanjutkan dengan sarasehan singkat dengan tema “Jadilah Saksi Kristus dalam Pelayanan Kasih,” dan subtema, “KBK Kame sebagai peziarah pengharapan berkat mewujudkan bangkitnya sumberdaya manusia dalam menyambut tahun Yubelium 2025–2026.”

Sesuai undangan, yang akan menjadi narasumber dalam sarasehan singkat hari ulang tahun kedua KBK Kame itu adalah gubernur dan wakil gubernur Papua Selatan, Ketua Majelis Rakyat Papua Selatan, dan bupati Merauke. Namun yang hadir menjadi narasumber adalah Uskup Agung Merauke Mgr. Petrus Canisius Mandagi MSC, Bupati Merauke Yosep Bladib Gebze, Ketua MRPS Damianus Katayu, Wakil Ketua 2 DPR Papua Selatan Viktor Ohoiwutun, dan Kepala Dinas Pendidikan Papua Selatan Ignasius Babaga.

Diskusi dalam sarasehan singkat dipandu oleh Ketua dan Sekretaris Umum KBK Kame, Lambertus Ignatius Fatruan dan Fransiscus Tutur Pdiskusi Prajitno.

Topik diskusi difokuskan pada bagaimana membangun kualitas pendidikan sumberdaya manusia di Papua Selatan. Sebab, dinilai saat ini telah terjadi kondisi pendidikan yang sangat berbeda antara kondisi pendidikan di waktu lalu dengan kondisi pendidikan hari ini. “Apa yang salah? Itulah yang harus dievaluasi bersama”, tegas Uskup Merauke.

Uskup Merauke Petrus Canisius Mandagi mengatakan ada lima syarat harus dimiliki untuk menggerakkan sebuah organisasi, yaitu organisasi harus punya: 1) Visi misi. 2) Visi misi harus diterapkan. 3) Harus ada kontrol. 4) Harus ada evaluasi.

Kontrol terhadap penyelenggaraan pendidikan di Papua Selatan sangat lemah. Akhirnya, banyak sekolah di pedalaman tidak ada guru. Halaman sekolah tumbuh rumput. Rumput di halaman kantor camat juga tumbuh tinggi. “Kualitas guru sangat rendah. Banyak orang menjadi guru honor agar bisa cepat punya pekerjaan. Contoh ini terjadi di Kimaam. Padahal  99 persen orang Katolik di kampung ada di Kimaam. Guru banyak tinggal di kota, padahal mereka tugas di pedalaman. Pendidikan hancur karena gurunya brengsek. Kalau pendidikan mau maju? Harus ada kontrol,” tegas Uskup Agung Merauke Petrus Canisius Mandagi.

Pastor John Kandam, Wakil Ketua 2 DPR Papua Selatan Viktor Ohoiwutun, Kepala Dinas Pendidikan Papua Selatan Ignasius Babaga dan Sekretaris Umum KBK Kame, Fransiscus Tutur Prajitno, saat mengikuti sarasehan di Aula Pankat Kelapa 5 Merauke, Minggu 29 Juni 2025. Foto: Paskalis Keagop/suaraperempuanpapua.com

Ketua MRPS Damianus Katayu mengatakan peran MRP dalam pendidikan dan kesehatan adalah pengawasan terhadap pengelolaan dana otonomi khusus. Pola pendidikan bagi kami yang sesuai pengalaman selama ini adalah pola asrama. Yang sekarang tidak berjalan sehingga pendidikan pola asrama harus dihidupkan kembali.

“Kita yang ada hari ini adalah hasil pendidikan dari waktu yang lalu. Oleh karena itu, kita harus utamakan pendidikan dengan pola asrama untuk masa depan orang asli Papua di waktu mendatang. Saat ini semua pemimpin lembaga pemerintah, politik dan agama di Provinsi Papua Selatan semuanya beragama Katolik. Ini adalah kekuatan besar yang perlu kita kuatkan komitmen bersama untuk membangun pendidikan di Papua Selatan,” ujar Damianus Katayu.

Kepala Dinas Pendidikan Papua Selatan, Ignasius Babaga mengatakan Dinas Pendidikan Papua Selatan telah melakukan survey di empat kabupaten untuk membangun empat asrama untuk anak sekolah. “Bagaimana model asrama? Kita perlu masukkan dari semua pihak. Sementara yang akan bertanggungjawab dalam pengelolaan asrama akan diserahkan kepada para biarawan dan biarawati,” ujarnya.

Di akhir sarasehan, Ketua Umum KBK Kame, Lambertus Ignatius Fatruan menyimpulkan ada tiga hal yang harus dilakukan untuk membangun kualitas pendidikan di Keuskupan Agung Merauke, yaitu: 1) Perlu ada aturan untuk pendidikan berpola asrama. 2) Perlu ada pendidikan keluarga untuk kehidupan sehari-hari, dan 3) Perlu kerjasama untuk memberikan perhatian terhadap masalah minuman beralkohol, narkoba, aibon, hubungan seks bebas di kalangan remaja dan masalah sosial lainnya.

Jumlah umat Katolik di Keuskupan Agung Merauke kini sekira 187.291 jiwa per- 2024. Persentasenya hampir seimbang antara umat asli Papua dan pendatang. Jumlah umat Katolik Keuskupan Agung Merauke itu tersebar dalam 40 paroki di Merauke, Boven Digoel dan Mappi. Asmat tidak termasuk karena punya keuskupan sendiri.(*