Jutaan ribu sungai di dunia ini bermuara ke laut mengalirkan miliyaran triliyun kubik air masuk ke laut. Tapi laut tidak pernah banjir menutupi bumi. Laut mengelola airnya sendiri dengan pasang surut.

suaraperempuanpapua.com – LAUT tak bermuara, dan kemana air laut mengalir? Tak seorang pun yang tahu. Warga yang bermukim di pesisir laut hanya tahu ada pasang surut air laut. Pasang surut air laut adalah gejala alam laut yang sering terjadi pada waktu tertentu setiap tahun. Ada masa turun air laut dan ada masa pasang air laut. Pasang surut air laut tak selalu identik dengan tanda bencana.
Pada pekan akhir Juni 2025 ini, viral di media sosial video air laut surut di sekitar wilayah pantai Teluk Youtefa Jayapura di kawasan jembatan merah hingga pantai Kampung Enjros dan Tobati. Video laut surut itu diposting oleh seorang warga nitizen Tinus Jigibalom yang juga seorang Jurnalis Kontributor Metrotivi di Jayapura. Video itu cukup menghebohkan dan menimbulkan beragam pendapat warga di Jayapura maupun di luar Jayapura.
Dalam video itu menunjukkan situasi Pantai Teluk Youtefa di kawasan jembatan merah hingga kawasan Enjros dan Tobati yang biasanya dipenuhi air laut terlihat kering dan menjadi daratan. Terlihat banyak warga berlalulalang di sana. Perahu-perahu warga kandas di atas pasir. Bahkan ada warga yang terlihat sedang bermain.
Kondisi air laut yang surut itu, tidak sedikit warganet berpendapat, bahwa air laut surut merupakan pertanda akan datang tsunami, sehingga berbahaya berada di dekatnya. Sementara, warganet lainnya menganggap fenomena tersebut hanyalah pasang surut biasa.
Seorang warganet, Maran Sanupri Yaswar dalam postingan di facebooknya mengatakan, ini musiman. Dalam setahun biasanya terjadi dua kali masa surut air laut. Yaitu pada akhir Juni dan Desember berlangsung selama tujuh hari.

Ini namanya meti siang. Setiap tahun mulai bulan April, Mei, Juni, Juli dan puncaknya pada bulan Juni dan Juli air laut kering dari pukul 11 siang sampai pukul 6 sore. “Kalau meti malam, air laut kering itu bulan November, Desember dan Januari. Dan puncak meti malam itu pas terjadi pada akhir bulan Desember air laut kering di waktu malam lebih lama dari pukul 11 malam sampai pukul 5 pagi.”
Ini yang orang Biak bilang, “Isyor Wampasi atau meti siang. Itu yang kami di Biak buat munara atau pesta wampasi atau Festival Munara Wampasi tiap tahun pada bulan Juli,” ujar Maran Sanupri Yaswar.
Sementara warga nitizen yang lain, Rhino Ino mengatakan laut di tempat lain beda dengan laut di Teluk Youtefa. “Dari saya kecil sampai sudah 40 tahun, meti begini terus karena musimnya. Bahkan, pernah dibuat pertandingan bola kaki dan voli di pantai Enjros dan Tobati ini. Beberapa kali itu, sebelum ada jembatan merah lewat di Enjros dan Tobati baru pantai ini jadi. Kalau orang yang baru lihat itu orang baru yang datang di kita punya tempat jadi kaget.”
Apakah air laut surut selalu menjadi pertanda tsunami? Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono membenarkan, air laut surut bisa menjadi pertanda akan datang tsunami. Hal ini terjadi ketika gempa kuat di laut memicu gerakan dalam arah vertikal, yakni naik atau turun. Gerakan vertikal tersebut disebabkan oleh adanya deformasi batuan di dasar samudra, sehingga gelombang laut seakan tertarik mengisi blok yang turun. Massa air laut lalu menjauhi daratan ke tengah laut, sebelum menerjang daratan.

Gempa diawali air laut surut umumnya disebabkan oleh gempa bumi mekanisme patahan naik atau turun di dasar laut. Suara gemuruh dari laut juga bisa menjadi pertanda tsunami. Suara tersebut seperti deburan menggelegar yang terbentuk dari tumbukan tsunami dengan tebing dasar laut. “Kemudian muncul pemandangan semacam dinding tembok putih yang bergerak cepat dari tengah laut menuju pantai,” ujar Daryono, yang dikutip dari Kompas.com, Senin 28 Oktober 2024.
Daryono menambahkan, selain dari air yang surut, suara gemuruh dari laut juga bisa menjadi pertanda tsunami. Suara tersebut seperti deburan menggelegar yang terbentuk dari tumbukan tsunami dengan tebing dasar laut. “Kemudian muncul pemandangan semacam dinding tembok putih yang bergerak cepat dari tengah laut menuju pantai.”
Maka, meskipun gelombang pasang surutnya air laut menjadi salah satu indikator akan terjadinya tsunami? Namun keduanya bisa dibedakan. Tsunami bisa diprediksi dengan tanda-tanda alam yang terjadi seperti aktivitas laut yang berbeda dari biasanya, yaitu dengan tanda air laut surut dan adanya gelombang pasang pertanda kembalinya air laut.
Menanggapi surutnya air laut di pesisir laut Teluk Youtefa yang menimbulkan beragam pendapat warga ini, maka Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Dok 2 Jayapura, Heri Purnomo menyampaikan bahwa, kondisi surut ketinggian permukaan air laut di wilayah Teluk Youtefa di Jayapura saat ini dipengaruhi kondisi gravitasi yang mengikuti pola pasang surut air laut. Sehingga kejadian surutnya air laut saat ini bukan dikarenakan akibat aktivitasi dari gempa bumi.(*